BI Optimis Rupiah Tetap Menguat ditengah Perang Timur Tengah

NASIONAL33 Dilihat

IndeksSultra.com-  Rupiah diyakini tetap berpotensi menguat ditengah perang yang terjadi di Timur Tengah dan semakin memanas.

Hal tersebut diungkapkan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, yang meyakini kondiosi geopolitik ini akan mendoro g penguatan dolar AS dan berdampang pada melemahny sejumlah mata uang termasuk rupiah.

“Bulan lalu Alhamdulilah nilai tukar yang sebelum ketegangan geopolitik kan Rp 15.150 per dolar AS. Kami masih melihat bisa mengarah stabil dan cenderung menguat,” kata Perry, Rabu 16 Oktober 2024.

Diakui, dampak geopolitik dan faktor teknikal memengaruhi pergerakan rupiah sehari-hari. Namun, ia menegaskan tren pergerakan nilai tukar rupiah saat ini tetap stabil dan menguat.

BACA JUGA  Saat Bepe Kehilangan Medali Juara Piala Presiden

“Kami masih meyakini rupiah akan stabil dalam jangka pendek dan cenderung menguat dari waktu-waktu ke depan,” ujar Perry.

Rupiah akan ditopang oleh  imbal hasil surat berharga Indonesia yang masih menarik, inflasi rendah, dan defisit neraca transaksi berjalan tetap rendah. Di sisi lain, ia mengakui ada risikodari defisit transaksi berjalan yang sudah melampaui 2 persen.

Bank Indonesia memastikan stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga sesuai dengan komitmen kebijakan yang ditempuh. Perry mengatakan nilai tukar rupiah pada bulan ini per 15 Oktober 2024 melemah 2,82% jika dibandingkan bulan sebelumnya.

“Pelemahan nilai tukar tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan ketidakpastian global akibat eskalasi ketegangan geopolitik di Timur Tengah,” kata Perry.

BACA JUGA  Jersey Persija Laku Keras Usai Juara Piala Presiden

Meski begitu jika dibandingkan dengan level akhir Desember 2023, nilai tukar rupiah terdepresiasi hanya 1,17%. Pergerakan itu lebih baik dibandingkan dengan pelemahan Peso Filipina,

Dolar Taiwan, dan Won Korea yang masing-masing terdepresiasi 4,25 persen, 4,58 persen, dan 5,62 persen. Perry memastikan seluruh instrumen moneter akan terus dioptimalkan.

“Ini termasuk penguatan strategi operasi moneter pro market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk modal asing dan mendukung penguatan nilai tukar rupiah,” ujar Perry.

Komentar