Perangkat InaTEWS Raib di Wakatobi, BMKG: berpotensi Ancam Sistem Pemantauan Gempa Sultra

RAGAM314 Dilihat

IndeksSultra.com, Kendari- Pencurian perangkat vital milik Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika kelas IV Kendari kembali terjadi dan menimbulkan berpotensi mengancam sistem pemantauan gempa Bumi di Sultra.

Pencurian tesebut terjadi pada Kamis 20 November 2025 di Selter InaTEWS (Tsunami Early Warning System) yang berada disekitar kantor BKKBN Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi.

Kepala Stasiun Geofisika Kelas IV Kendari, Rudin mengungkapkan terdapat tiga unit panek sirya yang merupakan sumber energi utama untuk pengiriman data gempa secara real time yang dilaporkan hilang.

“Kehilangan komponen ini berdampak langsung terhadap jalannya sistem pemantauan gempa, terutama karena Wakatobi hanya memiliki satu alat seismograf yang berfungsi sebagai pemantau aktivitas kegempaan di wilayah tersebut,” jelasnya.

BACA JUGA  PT Vale Pastikan Penanganan Kebocoran Pipa dan Komitmen Pemulihan Lingkungan di Towuti

Rudin menjelaskan bahwa proses pengadaan dan pemasangan kembali perangkat pengganti tidak dapat dilakukan secara cepat.

“Prosedur pengajuan serta pengadaan yang membutuhkan waktu cukup panjang membuat potensi keterlambatan informasi gempa ke masyarakat menjadi semakin besar,” bebernya.

Pencurian dan perusakan alat pemantau BMKG bukan hal baru. BMKG mencatat kasus serupa sudah terjadi sejak 2015 dan terus berulang di sejumlah wilayah. Bahkan pada awal tahun 2025, tindakan vandalisme terhadap alat monitoring gempa dan tsunami juga terjadi di Sidrap, Sulawesi Selatan.

“Dengan terjadinya pencurian terbaru di Wakatobi, jumlah insiden serupa kembali bertambah, memperlihatkan lemahnya pengawasan terhadap perangkat vital yang berperan dalam keselamatan masyarakat,” lanjutnya.

Ditegaskan, keberadaan alat pendeteksi gempa adalah bagian dari sistem peringatan dini nasional yang harus dijaga bersama. Kerusakan atau kehilangan perangkat tidak hanya merugikan institusi, tetapi juga mengancam keselamatan masyarakat luas.

BACA JUGA  Tiga Siswa Asal Sultra Dapatkan Juara pada Final Inspiration Day Telkomsel Jaga Cita Region Sulawesi

“Kami mengajak pemerintah daerah, pihak keamanan, serta seluruh elemen masyarakat untuk meningkatkan kepedulian dan menjaga keberlangsungan alat pemantauan gempa sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana,” pungkasnya.

Untuk diketahui, Sulawesi Tenggara merupakan wilayah aktif secara tektonik. Hingga Oktober 2025, tercatat lebih dari 1.400 kejadian gempa terjadi di wilayah ini, dengan 158 gempa yang dirasakan masyarakat. Dari 15 sensor gempabumi yang tersebar di berbagai daerah, Wakatobi hanya memiliki satu sensor, sehingga kerusakan atau kehilangan komponen di lokasi tersebut dapat mengganggu efektivitas pemantauan wilayah.***

Redaksi

Komentar