IndeksSultra.com, Kendari- Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) untuk pertama kalinya di Indonesia.
Kegiatan yang dibuka secara resmi oleh Direktur KSKK Madrasah Ditjen Pendis Kemenag RI, Hj. Nyayu Khodijah, berlangsung di Aula Hotel Sahid Azizah Syariah Kendari, Minggu 10 Agustus 2025.
Kakanwil Kemenag Sultra, H. Muhamad Saleh, dalam sambutannya menjelaskan bahwa KBC merupakan paradigma pendidikan yang menempatkan cinta sebagai inti proses pembelajaran.
Konsep ini dirangkum dalam Panca Cinta, yakni cinta kepada Sang Pencipta, cinta kepada diri sendiri dan sesama, cinta lingkungan, cinta ilmu pengetahuan, serta cinta kepada bangsa dan negara.
Menurut Saleh, penerapan KBC di lingkungan madrasah diharapkan dapat membentuk suasana belajar yang aman, nyaman, dan penuh penghargaan.
“Guru bukan sekadar pengajar, tetapi juga pembimbing hati. Dengan cinta, guru mendidik dengan ketulusan dan siswa belajar dengan gembira, sehingga lahir generasi berkarakter mulia,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa konsep ini sejalan dengan nilai Moderasi Beragama dan Asta Protas Kementerian Agama 2025–2029.
Saleh mengajak seluruh peserta Bimtek untuk memahami filosofi KBC secara menyeluruh dan mengintegrasikannya dalam setiap mata pelajaran serta kegiatan pendidikan.
“Guru harus menjadi teladan dalam sikap dan tutur kata, karena pendidikan sejati dimulai dari keteladanan. Madrasah harus mampu mencerdaskan otak sekaligus melembutkan hati,” tambahnya.
Sementara itu, Direktur KSKK Madrasah Ditjen Pendis Kemenag RI, Hj. Nyayu Khodijah, menilai KBC sebagai gagasan luar biasa yang dapat menjadi ruh dalam seluruh aspek kehidupan.
Dirinya mengapresiasi langkah cepat Kanwil Kemenag Sultra yang tidak hanya mensosialisasikan KBC di madrasah, tetapi juga menjalin kerja sama dengan Dinas Pendidikan Sultra untuk penerapan KBC di sekolah umum.
Nyayu menegaskan bahwa penerapan KBC selaras dengan kurikulum nasional dan dapat menjadi nilai tambah bagi lembaga pendidikan.
“KBC bukan hanya inti dari proses pendidikan, tetapi juga inti dari ajaran Islam yang sesungguhnya. Dengan KBC, kita mempersiapkan generasi yang unggul secara intelektual, sosial, emosional, dan religius, sekaligus memiliki empati, toleransi, dan kepedulian tinggi,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa keberhasilan penerapan KBC sangat bergantung pada peran guru sebagai ujung tombak pendidikan.
“Kurikulum sebaik apapun tidak akan berdampak maksimal tanpa guru yang berhasil mengimplementasikannya. Dukungan semua pihak, khususnya para pendidik, sangat dibutuhkan untuk mewujudkan tujuan besar ini,” tandas Nyayu.
Redaksi
Komentar