Dari Kampus ke Desa, Mahasiswa UHO Bangkitkan Kembali Kearifan Lokal Lewat Jamu Herbal

PENDIDIKAN336 Dilihat

IndeksSultra.com, Konawe Selatan— Di tengah gempuran gaya hidup modern yang kian menjauhkan masyarakat dari warisan leluhur, sekelompok mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) membawa pesan sederhana namun bermakna ke Desa Lamomea, Kecamatan Konda.

Melalui kegiatan KKN Tematik Lentera Lamomea, para mahasiswa Fakultas Farmasiu UHO mengingatkan kembali bahwa sehat bisa dimulai dari dapur sendiri, lewat ramuan tradisional bernama jamu.

Berkolaborasi dengan dosen pembimbing para mahasiswa menggelar sosialisasi pembuatan dan pemanfaatan jamu herbal pada Minggu, 28 September 2025, di Balai Desa Lamomea.

Kegiatan ini merupakan bagian dari tema besar “KKN Berdampak: Pencegahan TBC dan HIV sebagai Upaya Mewujudkan Desa Sehat dan Sejahtera Bebas Penyakit Menular.”

Tak hanya sekadar mengajarkan cara meracik jamu, kegiatan ini juga menjadi wadah untuk memperkenalkan kembali nilai kesehatan berbasis kearifan lokal.

Mahasiswa menjelaskan bahwa jamu merupakan ramuan alami yang dibuat dari berbagai bagian tumbuhan  mulai dari rimpang, daun, biji, hingga rempah-rempah yang berkhasiat sebagai imunomodulator, antiinflamasi, dan antioksidan.

Warga diajak mengenal bahan dasar jamu yang mudah dijumpai di sekitar mereka, seperti kunyit, jahe, temulawak, kencur, lengkuas, hingga brotowali. Sebagai contoh, peserta kegiatan belajar membuat jamu kunyit asam dari bahan sederhana: kunyit segar, jahe, asam jawa, gula merah, madu, dan jeruk nipis. Ramuan ini dipercaya mampu meningkatkan metabolisme, menjaga pencernaan, dan menghangatkan tubuh.

BACA JUGA  Perkuat Riset Berbasis Data di Tanah Air, Telkomsel Luncurkan Kompetisi Riset Nasional 2025 untuk Mahasiswa S1

Namun yang menarik, kegiatan ini tidak hanya berbicara tentang tradisi, tetapi juga menyentuh aspek kesehatan modern. Para mahasiswa menjelaskan bahwa beberapa tanaman herbal seperti sambiloto, jinten hitam, dan kunyit memiliki efek ilmiah yang dapat mendukung pemulihan pasien tuberkulosis (TBC). Meski demikian, mereka menegaskan jamu bukan pengganti obat medis, melainkan pelengkap yang memperkuat daya tahan tubuh selama menjalani terapi.

Kegiatan berlangsung interaktif. Warga, terutama kaum ibu, tampak antusias mencatat resep dan mencoba langsung meracik jamu bersama mahasiswa. Gelak tawa dan semangat gotong royong mengiringi suasana saat hasil racikan mereka dicicipi bersama di akhir sesi.

Pemerintah Desa Lamomea turut mengapresiasi langkah para mahasiswa yang dinilai menghidupkan kembali budaya minum jamu di tengah masyarakat.

BACA JUGA  OJK Sultra Beri Edukasi Keuangan kepada Mahasiswa UHO, Bahas Pinjol Ilegal dan Literasi Keuangan Syariah

“Anak-anak muda ini bukan hanya membawa ilmu, tapi juga membawa semangat melestarikan tradisi yang menyehatkan. Kami berharap kegiatan seperti ini bisa terus berlanjut,” ujar salah satu perwakilan perangkat desa.

Sementara itu, tim dosen pembimbing menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk pengabdian yang memadukan pendidikan kesehatan modern dengan pelestarian budaya lokal. Mahasiswa diharapkan tidak hanya menjadi agen perubahan, tetapi juga jembatan antara sains dan kearifan lokal.

Dengan slogan “Meracik Sehat, Mengabdi dengan Hati,” kegiatan KKN Tematik Lentera Lamomea menegaskan bahwa pengabdian kepada masyarakat tidak selalu harus berwujud teknologi atau intervensi medis canggih. Kadang, cukup dengan segelas jamu hangat dan pengetahuan yang dibagikan dengan tulus, semangat hidup sehat bisa tumbuh dari akar desa sendiri.

Melalui inisiatif ini, Desa Lamomea mulai menapaki langkah menjadi desa sehat, mandiri, dan berdaya, membuktikan bahwa ilmu pengetahuan dan kearifan lokal dapat bersinergi demi ketahanan kesehatan masyarakat di era modern.***

Redaksi

Komentar